Sabtu, 17 April 2010

Wayang Kulit

Wayang kulit berasal dari pulau jawa. Wayang kulit dimainkan oleh dalang dengan diiringi oleh lagu-lagu jawa. Jumlah wayang secara keseluruhan berjumlah ratusan. Wayang-wayang yang tidak dimainkan diletakkan pada sebuah pelepah pisang. Di dekat layar terdapat lampu minyak untuk pencahayaan. Sehingga saat wayang dimainkan, akan tampak seperti bayangan

Wayang kulit telah berusia sekitar lima abad. Sunan Kalijaga menciptakan wayang dengan mengadopsi Wayang yang berkembang pada masa Hindu-Budha.. Ini karena masayarakat Jawa pada waktu itu sangat kental dengan kebudayaan Hindu-Budha. Sunan Kalijaga menggunakan Wayang sebagai media untuk menyebarkan agama Islam. Salah satu ajaran Islam yang ada pada Wayang yaitu kata 'Kalimasada', senjata luar biasa yang dimiliki oleh tokoh Puntadewa. Kata 'Kalimasada' sebenarnya adalah kata 'Kalimat Syahadat' yaitu rukun Islam yang pertama. Selain itu, Wayang dibuat nampak seperti bayangan karena Islam melarang benda yang berbentuk seperti makluk hidup.

Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Ragam lakon terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon carangan, lakon gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan pada lakon carangan hanya garis besarnya saja yang bersumber pada perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan sepenuhnya bersifat lepas.

Cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga terdapat buku-buku yang memuat lakon gubahan dan karangan yang selama ratusan tahun telah disukai masyarakat Abimanyu kerem, Doraweca, Suryatmaja Maling dan sebagainya. Diantara semua kitab tua yang dipakai, Kitab Purwakanda adalah yang paling sering digunakan oleh dalang-dalang dari Kraton Yogyakarta. Pagelaran wayang kulit dimulai ketika sang dalang telah mengeluarkan gunungan. Sebuah pagelaran wayang semalam suntuk gaya Yogyakarta dibagi dalam 3 babak yang memiliki 7 jejeran (adegan) dan 7 adegan perang. Babak pertama, disebut pathet lasem, memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang yang diiringi gending-gending pathet lasem. Pathet Sanga yang menjadi babak kedua memiliki 2 jejeran dan 2 adegan perang, sementara Pathet Manura yang menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3 adegan perang. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang pada setiap pagelaran wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-guyonan khas Jawa.

Rabu, 14 April 2010

Reog Ponorogo


Reog Ponorogo adalah kesenian yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Reog Ponorogo sangat terkenal di mata dunia sehingga tidak heran bila negara tetangga Malaysia sempat mengklaim bahwa reog Ponorogo berasal dari Malaysia.
Reog Ponorogo berbentuk seperti topeng macan yang besar dan dikelilingi oleh bulu-bulu merak yang indah. Ini yang membuat Reog Ponorogo terlihat indah. Saat pementasan Reog selalu diikuti warok dan gemblak.

Asal mula Reog Ponorogo

Dahulu kala ada dua saudara seperguruan yang bernama Singo Barong dan Kelana Suwandana. Keduanya telah lama menjadi musuh bebuyutan. Keduanya makin memanas saat mereka secara bersamaan mengikuti sebuah sayembara. Sayembara itu memperebutkan seorang putri cantik bernama Dewi Sekarlangit anak seorang penguasa di Kediri. Sayembara itu mengajukan tiga persyaratan yang sangat mustahil untuk dipenuhi.

Tiga syarat tersebut yaitu mempersembahkan seratus empatpuluh empat ekor kuda kembar lengkap dengan penunggangnya yang tampan, mahluk berkepala dua, dan tontonan menarik yang belum pernah disaksikan siapapun.

Kelana Suwandana berhasil mendapatkan seratus empatpuluh empat ekor kuda yang tidak cuma kembar namun juga memiliki surai dan ekor berwarna emas. Ini membuat Singo Barong iri hati. Kemudian ia memerintahkan orang kepercayaannya untuk merebut persyaratan pertama yang telah sukses dipenuhi Kelana Suwandana tersebut.

Akibatnya terjadi pertempuran sengit yang memakan banyak korban dari kedua belah pihak, bahkan akhirnya Singo Barong dan Kelana Suwandana harus berhadapan dan bertarung. Singo Barong nyaris saja menang, sayang matahari terbit muncul.

Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Kelana Suwandana, yang berhasil mengubah sosok Singa Barong menjadi mahluk berkepala dua di akhir pertarungan mereka. Kepala yang pertama adalah singa, sementara yang kedua berwujud merak, mahluk peliharaan Singa Barong yang selama ini bertengger dikepalanya untuk membersihkan kutu di kepala pria itu.

Singo Barong yang telah berubah wujud singa-merak membuat Kelana Suwandana sukses memenuhi syarat kedua. Untuk syarat ketiga, Kelana mengarak Singo Barong yang telah berubah wujud menjadi singa sambil diiringi gamelan unik yang terbuat dari bambu dan kayu.

Pada akhirnya, Kelana Suwandana tampil sebagai pemenang. Tidak cuma menikahi Sanggalangit dan menjadi penguasa Kediri, ia juga mewariskan kesenian arak-arakan singa dan gamelan yang kini dikenal dengan nama Reog Ponorogo.